Saturday, September 12, 2009

My bad

Baby, I don’t feel well recently.
I am sorry if I question about your love.
I just need you to assure me that you love me anyway.
Because I don’t feel you make that way.
Be honest babe.
Sometimes I hurt.
I hurt for everything because I do love you.
Say you love me like mean it.
Kiss me like you mean it.
I just need your purity.
Because I just know that actions are louder than words.
Because I just know that love never claims, it ever gives.
Mean it babe, that’s all I ask.

When I lost my voice

It’s 2:16 Am on my notebook. I guess it’s time we talk again Lord.
What? How I feeling today? I feel lost. I don’t know. I lost my sound. I lost my energy. It’s all been about love, isn’t it? I am trying what best I can be all the time. Is it funny I am always pretend to be perfect though I know perfection is all yours? Yeah, it’s true. I know what I want. But I don’t know what I need.
I almost forget to tell you one thing. I was angry today. Childish anger. Is it important to be grown up? What is grown up mean? Tell me. I don’t know whether nobody can understand me or I don’t understand anything at all. Yeah, I feel I don’t know anything. Is it wrong to be that way? Am I too much complaining?
Let me get this straight, I feel wrong, okay. Maybe there is something wrong with me. It seems everything getting hard for me. I couldn’t sleep. I couldn’t say anything logically. Maybe I smile outside but I scream inside.
I’m bored.

Secangkir Ego

Tuhan, maafkan aku menggangguMu, walaupun aku tau, Kau tidak akan pernah merasa terganggu. Aku ingin mengadu kepadaMu, beri sedikit saja waktu untuk aku mengadu. Kau telah menciptakan mahakarya yang abadi, yaitu proses. Apapun di dunia yang eksis, kau ciptakan melalui proses. Tak bedanya aku. Aku sudah 19 tahun melewati “proses” yang Kau ciptakan untukku. Aku tidak akan pernah tau di mana dan kapan garis finishnya. Tapi sekarang, aku ingin minta “time-out”. Ya, aku ingin duduk sejenak. Melihat-lihat “proses” orang lain selain aku. Aku tidak akan menoleh ke belakang, hanya duduk sebentar untuk tetap melihat ke depan. Aku memang sudah terlalu banyak meminta kepadaMu dan dengan pamrih aku selalu meminta kepadaMu.

Kau tau aku adalah makhlukMu yang egois. Makhluk egois yang lemah. Kau tau aku makhluk yang mudah patah hatinya. Lalu, kenapa pula Kau mudahkan aku untuk jatuh cinta? Jika ini bagian dari “uji” prosesku, aku ingin cepat “lulus”. Berapa pun “nilainya”.

Sebenarnya, aku ingin mengucapkan terima kasih padaMu. Aku ingin bersyukur kepadaMu (yang jarang aku lakukan). Kau tau Tuhan? Bahwa aku sedang mencintai makhlukMu yang lain? Ah, tentu Kau sudah tau. Engkaulah MahaTahu. Ya, aku jatuh cinta padanya. Apa aku boleh berdoa ya Tuhan? Jadikan dia yang terakhir untukku. Kau pun sudah sering mendengar doaku itu. Oke, maaf, aku tidak pantas menanyakan hal yang Kau sudah tuliskan untukku. Tapi, setidaknya aku berusaha mempertahankan apa yang berharga untukku. Bukankah aku tidak boleh menyianyiakan apa yang sudah Kau berikan kepadaku? Ya, tentu saja aku tidak akan menyianyiakannya.

Wishes


You know what? There are no such things instances. We should through the processes then meet the perfection (tough I’m sure there is no perfection). So many life experiences I had been through and still I have to learn many things. Would you mind if we learn together? We can remind each other. Be alarmed and borderline to each of us. Yes, beauty, I just can’t smile without seeing your smile. Hold my hands, stand by me, tell you secrets, ask me your questions, and we can survive. Yes, my love, believe in me, because I believe in you and believe in us. Just try to not afraid of anything. We’ll fight it together. For you. For me.

Tuesday, June 16, 2009

Merah dan Mata

Seorang laki-laki bersembunyi dibalik tembok yang dibangun dengan kesombongan manusia. Meringis menahan luka darah keluar tak terbendung. Menangkap matahari. Menelannya mentah-mentah. Spektrum cahaya membelah gelembung asap hitam di udara.

'Luka ini berarti. Luka ini harus ada'

Derap langkahnya yang tak pasti menginjak tanah lumpur. Gemuruh peluru melatarbelakangi perjalanannya.


Badannya gontai. Laras panjang diseretnya. Tak kucup kuat untuk dia memegang senjatanya. Instrumen terakhir yang dikuasainya untuk bertahan hidup. Beberapa peluru siap ditembakkannya. Reaksi yang sudah dia siapkan ketika nanti sang musuh mengadu hidup dan mati.

'Musuh harus dihormati. Adalah adil untuk bertukar nyawa.'

Sunday, June 14, 2009

Sindrom

Aku merangkai kata-kata di kota bangkai.
Hangus tak terperikan, membawa mimpi buruk.
Imajinasi indah dimusnahkan, fantasi bahagia dipenjara.
Penduduknya memakai rantai, dirantai abadi.

Di kota ini ksatria mati, dimana kuda bertanduk lebih senang memakan daging sang ksatria. Langitnya putih kotor, bukan putih asli.
Gedungnya rapuh, tempat pemakaman darurat. Sepi.
Hanya ramai teriakan, karena elang maut mengintai. Siap merobek yang melawan. Orang bilang elang api.
Paruh nya mengluarkan api, bunuh saja, bunuh. Selesaikan dengan api.

Darimana datangnya cahaya? oh, matahari diikat, bulan dipasung. Bersama. Tidak ada siang, tidak ada malam. Kota ini sudah berganti jiwa.

Monday, June 1, 2009

Pribadi

"Mereka yang ekstrovert lebih tidak bahagia dibanding yang introvert, dan harus membayar keterbukaan mereka dengan terus menerus membuktikan pada diri sendiri betapa bahagia dan puas dan nyamannya mereka dengan kehidupan"

Yang diatas itu adalah kutipan yang saya ambil dari bukunya Paulo Coelho yang berjudul "The Witch of Portobello". Membaca kutipan itu membuat saya berpikir sejenak dan ingin berpendapat. Mungkin paradigma yang sekarang hidup adalah bahwa extrovert itu lebih baik dari introvert. Mereka yang ekstrovert dengan mudah bersosialisasi dan membangun network untuk tujuan tertentu, mereka bisa bergaul dengan lingkungan yang mereka mau, dan bisa menunjukkan keberadaannya. Sebaliknya, introvert yang tertutup akan susah untuk membuka suatu hubungan dengan lingkungannya karena mereka yang introvert tidak ingin orang lain tau "siapa mereka". Mereka lebih senang dengan semangat yang mereka kumpulkan di dalam diri sendiri ketimbang mencari semangat itu dari luar.

Fakta yang saya ambil dari artikel psikologi kepribadian adalah sebagai berikut:

Ekstrovert itu sumber energinya berasal dari luar dirinya. Yaitu lingkungan dan pergaulannya(normally)

Introvert itu akan bergaul apabila mereka enjoy dan fun dan tidak bertentangan dengan prinsip hidup mereka.

Menurut pendapat saya, sehubungan dengan kutipan di awal, ekstrovert yang terbuka membuat mereka berlomba-lomba menyempurnakan diri dan akan merasa kecewa jika semua tidak "terlihat sempurna". Mereka terus menerus membuktikan diri mereka pada dunia luar bahwa meraka ada dan lebih baik. Sebenernya hal ini seperti menghantui mereka para ekstrovert dan bukan tidak mungkin kenyataannya adalah mereka tidak bahagia karena mereka tidak menjadi mereka sendiri. Kesimpulannya kawan-kawan, saya sarankan jangan terlalu bangga menjadi orang Ekstrovert dan jangan pula menjadi tertutup. Cobalah bergaul dengan tulus dan apa adanya. Terima Kasih...